Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang kompleks dituntut untuk memberikan pelayanan sesuai dengan prosedur. Untuk menciptakan kepuasan pasien rumah sakit harus menciptakan dan mengelola suatu system untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan kemampuan untuk mempertahankan pasiennya (Rahayu, 2011 dalam Sugiyanto, 2015). Dalam pelayanan rumah sakit, kinerja petugas yang sangat banyak mendapatkan sorotan, karena sangat berpengaruh terhadap kepuasan pasien yaitu dokter dan perawat. Bahkan kehadiran dan sentuhan pelayanan perawat mempunyai proporsi pelayanan yang terbesar di rumah sakit (Simballa, Rattu, Sondakh, 2015 dalam Sugiyanto, 2015).
Beberapa penulis memberikan definisi berbeda tentang kinerja itu sendiri. Moeheriono (2012) mendefinisikan kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi. Nursalam (2015) menjelaskan bahwa kinerja merupakan gambaran pencapaian pelaksanaan (achievement) suatu program kegiatan perencanaan strategis dan operasional organisasi (efforts) oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi baik secara kuantitas dan kualitas, sesuai dengan kewenagan dan tugas tanggung jawabnya, legal dan tidak melanggar hukum, etika dan moral
Dalam suatu organisasi dikenal ada tiga jenis kinerja yang dapat dibedakan menjadi tiga yaitu ; 1. Kinerja operasional (operation performance), berkaitan dengan efektivitas penggunaan setiap sumberdaya yang digunakan perusahaan. Sumber daya tersebut seperti modal, bahan baku, teknologi, dan lain-lain. Sejauh mana penggunaan tersebut secara maksimal untuk mencapai keuntungan atau mencapai visi dan misinya. 2. Kinerja administratif (administrative performance), berkaitan dengan kinerja administrasi organisasi. Termasuk di dalamnya struktur administratif yang mengatur hubungan otoritas wewenang dan tanggung jawab dari orang yang menduduki jabatan. Selain itu, berkaitan pula dengan kinerja mekanisme aliran informasi antar unit kerja dalam organisasi. 3. Kinerja stratejik (strategic performance), berkaitan atas kinerja perusahaan, dievaluasi ketepatan perusahaan dalam memilih lingkungannya. Kinerja stratejik juga dipakai untuk mengukur kemampuan adaptasi perusahaan khususnya strateginya dalam menjalankan visi misi (Moeheriono, 2012 dalam Sugiyanto, 2016).
Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Kinerja individu pada dasarnya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
- Harapan mengenai imbalan
- Dorongan
- Kemampuan
- Kebutuhan
- Persepsi terhadap tugas
- Imbalan internal
- Eksternal
- Persepsi terhadap tingkat imbalan dan kepuasan kerja
(Meoheriono, 2012)
Nursalam (2015) menjelaskan ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja, yaitu :
- Faktor individu : kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang.
- Faktor psikologis : persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja.
- Faktor organisasi : struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem penghargaan (reward system).
- Motivasi
Menjelaskan Hubungan Motivasi Dengan Kinerja
Perawat merupakan tenaga profesi yang perannya tidak dapat dikesampingkan dari semua bentuk pelayanan Rumah sakit. Peran ini disebabkan karena tugas perawat mengharuskan kontak paling lama dengan pasien. Perawat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan, sebagai advokat klien (informasi dari pemberi pelayanan). Perawat juga berperan sebagai edukator/ meningkatkan pengetahuan klien, koordinator dari tenaga kesehatan, kolaborasi dengan tim kesehatan lain, konsultan dari klien, dan peran pembaharu. Khususnya peran perawat sebagai mitra dokter di tuntut mempunyai pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku sebagaimana yang ditetapkan dalam asuhan keperawatan. Dalam kinerja seorang perawat, motivasi sangat berperan. Peran penting ini terutama sebagai pendorong kemauan dan keinginan menggabungkan dirinya dengan tugas yang diemban.
Beberapa penulis mendefinisikan motivasi dengan agak berbeda. Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. (Uno, 2010).
Walgito (2007) mendefinisikan motivasi sebagai keadaan dalam diri individu yang mendorong perilaku ke arah suatu tujuan. Motivasi menurut Notoatmodjo (2010) berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku. Robins (2007) menjelaskan motivasi sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang di kondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi beberapa kebutuhan individual. Kebutuhan terjadi apabila tidak ada keseimbangan antara apa yang di miliki dan apa yang di harapkan, dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan dan pencapaian tujuan dan tujuan adalah sasaran atau hal yang ingin dicapai oleh seseorang/individu.
Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya potensi bawahan agar mau bekerja secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah di tentukan. Motivasi kerja terdiri dari dua kata yaitu motivasi dan kerja. Motivasi adalah pemberian daya penggerak menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama dengan efektif dan terintegrasi dangan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan (Hasibuan, 2008).
Dari definisi diatas yang dimaksud motivasi adalah keinginan kuat yang muncul pada diri seseorang, berupa perasaan yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai sesuatu tujuan. Tiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang itu didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam diri orang itu. Kekuatan pendorong inilah yang kita sebut motif.
Beberapa perawat termotivasi untuk menjadi unggul dan kreatif dengan melaksanakan usaha secukupnya dalam melakukan pekerjaan dengan di landasi motivasi kerja tersebut. Motivasi kerja pada perawat dapat membuat mereka datang ke tempat kerja tepat waktu, bekerja keras dan tanpa kesalahan, mempertahankan sikap yang menyenangkan dan memenuhi semua standar kinerja, penampilan fisik serta perilakunya (Rahayu, 2010).
Referensi :
- Sugiyanto. 2015. Pengaruh Kinerja Petugas Kesehatan Terhadap Kepuasan Pasien Asuransi Prudential di Ruang VIP RS. Gatoel Mojokerto. Fakultas Ekonomi Universitas Mayjen Sungkono.
- Rahayu, Endah Ika Puji. 2010. Hubungan Motivasi Kerja dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Setjonegoro Wonosobo. Program Studi Ilmu Kesehatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah.
- Notoatmodjo (2010)
- Hasibuan Malayu SP. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi. Jakarta : Bumi Aksara.
- Nursalam. 2015. Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : Salemba Medika.
- Walgito, Bimo. 2007. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi.
- Widayatun, Tri Rusmi. 2010. Ilmu Perilaku. Jakarta : DepKes RI.
- Uno, Hamzah B. 2010. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara.
Download artikel ini :
Discussion about this post